Minggu, 12 November 2017

SEPTEMBER

Awal september kau hadir bagai pelangi yang memberi warna indah diatas langit yang begitu gelap. Hanya abu-abu yang dulu aku kenal, namun saat senyum itu merekah dari bibir mu yang merah aku mulai berubah dan banyak mengenal warna yang begitu indah. Satu persatu kebahagiaan mulai menghampiri, mendampingi aku dan kamu yang mulai saling memahami. Memang cukup sederhana perkenalan itu, namun dapat mebuat kita menjadi semakin yakin untuk saling memiliki. Dan “Sayang” adalah kata pertama yang begitu indah keluar dengan nada bass mu itu, ku dengar untuk yang pertama kalinya sejak kita mulai saling merasakan ada getaran lain yang melebihi rasa dari sebuah teman biasa. Ku pikir itu hanya ilusi semata saja namun ternyata salah. Dan sikapmu pun mulai berubah menjadi semakin hangat dan penuh dengan kata indah yang berusaha untuk memikat dan meyakinkan ku agar berlabuh di dermaga hati yang menginginkan ku. Hingga akhirnya dinding pemendam rasaku pun runtuh, dan aku mulai sedikit membuka hati pada sosok mu yang begitu ramah. Mulai yakin untuk berlabuh didermaga mu itu dan mulai terpikat akan hangatnya perhatian mu itu. Hari demi hari tak ada satu pun waktu yang terlewatkan untuk selalu membuatku tersenyum sendiri seperti orang yang setengah waras. Kamu selalu tahu saat-saat yang tepat untuk membuatku menimpulkan senyum diwajah ku, bahkan rasanya kau tak pernah kehabisan akal untuk selalu membuat ku merasakan indahnya dimabuk asmara. Tak pernah bosan dengan mengingatkan ku agar tetap istiqomah dalam beribadah, tak pernah lupa untuk mengingatkan ku agar tetap bersemangat dalam mengejar impian, dan selalu memberi perhatian yang begitu hebat saat aku merasa boasan akan keadaan yang sering membuatku tak nyaman. Sikap mu itu yang semakin membuat ku merasa semakin takut kehilangan sosok mu. Karena perhatian mu telah meracuni pemikiran ku, hingga menjadi candu didalam hati. Sikap keimaman dalam dirimu yang selalu membimbing ku dalam jalan yang diperintahkan-Nya. Dan kenyamanan ini bukan hanya kenyamanan biasa, tapi sangat luar biasa. Ku akui kau sosok yang begitu istimewa, berharga, hebat, dan tak heran jika banyak wanita yang terkesima oleh mu. Dan aku adalah salah satu dari mereka, namun aku yang beruntung diatara mereka karena aku menjadi pilihan mu untuk saat ini. Setelah beberapa bulan kita melewati kebahagiaan itu, ada satu dari sekian banyak hangatnya sikap mu yang mulai terkikis dimakan putaran zaman. Dari mulai renggangnya komunikasi, tak ada perhatian khusus lagi dan masih banyak hal lainnya. Itu semua muali berubah hilang satu persatu dan membuat kita semakin berada diujung jembatan yang hampir putus ditengah jurang. Hingga puncaknya adalah di tenngah september tahun kedua, setelah semua semakin berubah dan tak ada lagi kisah yang indah diantara kita. Hanya keraguan yang semakin merasuki jiwa, kegalauan yang semakin membuat tak tenang hati. Ku putuskan untuk mencari tahu apa alasan mu menjadi seperti ini, dan ternyata hanya karena ada dia kau berubah menjadi sangat dingin tak peduli kepada ku. Lantas selama ini kisah indah itu kau anggap apa? Perhatiaan mu itu apa? Ingatkah dengan semua itu? Ah, sudahlah. Aku sudah tak tahan dengan hal itu, dan akhirnya aku mengambil jalan untuk menyudahi saja kisah indah yang dulu pernah ku lalui brsama mu. Saat ku meminta hal itu kau menahan ku untuk tidak pergi, tapi apakah kau pernah memikirkan bagimana rasanya setelah membangun namun dipatahkan begitu saja? “Aku bosan memendam rasa kecewa ku ini, aku sakit saat aku mengetahui kau bersamanya. Aku lelah saat menunggu namun dikecewakan, aku tak kuat lagi untuk berpijak diatas kesetiaan namun dikhianati. Mengertilah karena aku juga punya hati.” Kau diam mendengar kata ku, hati mu terasa terhantam karang yang begitu besar. Kaki mu melemah dan ambruklah tubuh mu yang gagah dihadapan lutut ku. Kau berkata bahwa kau menyesal, dan tak ingin kehilang ku. Tapi nyatanya aku tetap keras dengan pilihan ku, karena rasa ini sudah begitu dalam terlukai oleh mu. “Sudahlah, jangan seperti ini. Aku tak ingin berada pada lingkaran orang-orang yang tak bisa menjaga hati dan dan janjinya itu. Jika memang kau bahagia bersamanya silahkan sajaa, aku bahagia jika kaupun bahagia.” “Tidak aku tidak bahagia, aku hanya bahagia bersama mu” tolakan mu dengan sangat keras. “Lantas jika seperti itu kau ingin menyiksa ku terus menerus dengan cara mu seperti ini? Aku ingin bahagia, tolong lepaskan aku. Aku ingin terbebas dari luka ini, tolong mengertilah jika kau menyayangi ku.” Kau kembali terdiam, meneteskan air mata tanda penyesalan. Kau berpikir dengan kritis, langkah apa yang akan kau ambil. Kau bagai ada di persimpangan jalan yang tak tau kemana arah kau pergi, berada pada kedilemaan hati yang sangat membingungkan. Hingga akhirnya kau memutuskan untuk melepas ku mencari kebahagiaan ku sendiri karena kau ingin melihat ku bahagia dan terbebas dari hati mu yang telah terbagi dua. Atas nama cinta kau mencoba ikhlas berpisah dengan ku. Aku pun berterimakasih padamu yang sempat menjadi pesinggah indah yang pernah mengisi abu-abu ku menjadi berwarna. Atas nama cinta pula ku mencoba melangkah mundur dari mu demi kebahagiaan kau, dia, dan aku.

Pergi atau Bertahan

Hellooo..... Apa kabar? Lama tak mengisi laman blog ini. Rasanya rindu menulis hehe, baiklah para pembaca setia kali ini saya akan me...